07 October 2014

Perintah Membaca, Berpikir dan Menulis dalam Al-Quran



Perintah Membaca, Berpikir dan Menulis dalam Al-Quran
Oleh : Eka Nurul Agusta (B.1310455)
Teknologi Pangan dan Gizi - Fakultas Ilmu Pangan Halal
Universitas Djuanda

Allah SWT. Telah menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup seluruh manusia dengan berita, aturan-aturan juga pesan-pesan yang sempurna dan mecakup seluruh aspek kehidupan di dunia untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Allah tidak mungkin menurunkan sesuatu tanpa ada suatu pesan berarti di dalamnya, begitupun dengan Al-Quran.
Ayat dari Al-Quran yang pertama kali diwahyu kan kepada Rasulullah SAW. adalah sebagai berikut :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan,” (1) “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (2) “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,” (3) “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena),” (4) “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (5)
(QS. Al-Alaq: 1—5)
            Jika kita kaji lebih lanjut tentang ayat tersebut, betapa Allah menurunkan ayat tentang perintah membaca sebagai wahyu pertama itu menandakan pentingnya membaca sebagai landasan keilmuan bagi manusia. Saking pentingnya perintah membaca ini, malaikat Jibril mengulang ayat tersebut, Iqra, “Bacalah” sampai tiga kali kepada Rasulullah sebagai penegasan. Padahal kondisi masyarakat saat itu sangat jauh dari budaya membaca dan menulis.
            Padahal apapun yang berhubungan dengan keilmuan, kita ketahui bahwa semuanya tidak akan ada tanpa proses penalaran dan penelitian. Penalaran dan penelitian pun tidak akan berjalan tanpa proses membaca dan menulis. Penalaran dan perintah berpikir juga termaktub dalam Al-Quran dengan ayat-ayat yang menisyaratkan hal tersebut, seperti pemakaian kata ulul albab “orang-orang yang berakal (berpikir)” dalam surat Ali-Imran ayat 7
“......... Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (berpikir)”
Adapun ayat lain yang mengisyaratkan kita untuk berpikir antara lain:
“......., Hanyalah orang-orang yang berakal (berpikir) saja yang dapat mengambil pelajaran”
(Q.S. Ar-Ra’d : 19)
“(Al-Quran ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa agar orang-orang yang berakal (berpikir) mengambil pelajaran”
(Q.S. Ibrahim : 52)


            Hal-hal yang patut kita baca dan pikirkan tidak sebatas tulisan-tulisan saja, tetapi juga hikmah-hikmah dari berbagai kejadian, fenomena alam dan lain sebagainya yang banyak termaktub dalam ayat-ayat Al-Quran mengenai penciptaan alam semesta dan manusia beserta sistem yang berjalan atas seluruh ciptaan-Nya tersebut karena kita tahu perintah membaca dalam Al-Quran surat Al-Alaq ayat kesatu tersebut konteksnya tidak hanya berati membaca tulisan, tetapi membaca juga fenomena alam dan kejadian-kejadian yang terjadi.
Setelah proses membaca dan penalaran atau berpikir tersebut, Allat SWT. memerintahkan manusia untuk menulis. Isyarat mengenai menulis ini diungkapkan dalam surat Al-Alaq ayat ketiga  yang berbunyi “Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam (pena),”. Bahkan Allah SWT., bersumpah “Nun, demi Qalam (pena) dan apa yang mereka tulis” dalam surat Al-Qalam ayat kesatu. Hal ini juga mengisyaratkan pentingnya kegiatan menulis.
            Kata qalam dalam dalam surat Al-Alaq ayat ketiga tersebut banyak ditafsirkan sebagai lauhul mahfudz, yaitu kitab yang di dalamnya telah tertulis semua hal yang ada di alam semesta ini. Bahkan Allah telah mencontohkan dengan memerintahkan malaikat-malaikatnya untuk mencatat dan membukukan  seluruh amal perbuatan manusia. Maka dari itu, kita sebagai manusia dan ciptaan-Nya tentu juga harus memiliki catatan untuk menyimpan apa-apa yang telah kita “baca” dan “pikirkan”, baik itu dalam bentuk tulisan di buku, data dalam komputer, atau lainnya.
Maka, pantaslah “membaca”, “berpikir” dan “menulis” diperintahkan Allah untuk menjadi hal yang harus dilakukan manusia ketika hendak mendalami hal-hal yang berhubungan dengan keilmuan. Karena pada hakikatnya, Allah-lah yang mengajarkan semua pengetahuan kepada manusia. Ini seperti yang sampaikan-Nya dipenghujung ayat terakhir wahyu pertama yang diturunkan. “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq : 5).